Pencegahan Penyakit (Epidemiologi)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan telah menjadi
kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia dalam menjalankan aktivitas hidup.
Berdasarkan pengertiannya bahawa keadaan sehat merupakan kondisi dimana
seorang, sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Artinya apabila salah satu dari ketiga
unsur tersebut tidak dalam kondisi yang baik (dengan kata lain sehat) maka akan
timbul suatu masalah atau gangguan kesehatan. Hal ini akan sangat merugikan
penderita karena akan menurunkan produktifitas terhadap kehidupan pribadi dan
negaranya. Dengan demikian perlu adanya suatu usaha-usaha untuk meningkatkan
derajat kesehatan.
Menanggapi hal tersebut,
Hippocrates (460-377 SM) muncul sebagai Bapak kedokteran yang menangani kasus
kejadian sakit yang menitik beratkan pada kuratif atau metode pengobatan dan penyembuhan.
Penyembuhan ini dilakukan setelah terjadi insiden sakit. Akan tetapi setelah
perkembangan zaman, penyembuhan melalui bidang kedokteran saja tidak cukup
berhasil dalam menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat. Setelah itu
muncullah metode preventif yang mengedepankan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Hal ini dilakukan karena berdasarkan ilmu Epidemiologi atau ilmu pengetahuan
yang mengenai distribusi, frekuensi dan determinan masalah kesehatan yang
terjadi di masyarakt serta aplikasinya dalam memecahkan masalah kesehatan
masyarakat.
Bidang epidemiologi lebih
fokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit bukan pada teknik pengobatan
sekunder dan tersier yang ada dalam ilmu pengobatan tradisional. Pengertian pencegahan secara umum
adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil
langkah-langkah pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang
bersumber dari hasil analisis dari epidemiologi. Pencegahan penyakit
berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada
penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti yang
dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar untuk mencegah
penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan pada fenomena
non-penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan penduduk dengan keluarga
berencana.
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai
strategi pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat
pencegahan. Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip
tingkat pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada
peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan
terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan
serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.
Tujuan pencegahan penyakit
adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat
berlanjut. Sehingga diharapkan upaya pencegahan penyakit ini mampu
menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
B.
Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah
terpapar diatas maka tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai pencegahan penyakit dan memahami tingkatan pencegahan
serta memahami bagaimana cara dan upaya pencegahan penyakit.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Epidemiologi
merupakan ilmu dasar pencegahan dengan sasaran utama adalah mencegah dan
menanggulangi penyakit dalam masyarakat. Secara umum, pencegahan yaitu
mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Tujuan utama pencegahan
penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat
berlanjut kea rah yang lebih parah. Konsep pencegahan meluas, mencakup
langkah-langkah untuk mengganggu atau memperlambat penyakit atau kelainan.
A. Pengertian Pencegahan
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil
terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang
bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian
epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan merupakan komponen yang paling penting
dari berbagai aspek kebijakan publik (sebagai contoh pencegahan kejahatan,
pencegahan penyalahgunaan anak, keselamatan berkendara), banyak juga yang
berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan. Konsep
pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health
Partnership, 2006).
B. Tingkat pencegahan
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah
penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan.
Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta
perubahan yang terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat dipikirkan
upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu
dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat
disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama
pencegahan penyakit, yaitu :
1.
Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
2.
Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3.
Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4.
Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan
keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan
tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit
sudah tampak. Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat
itu meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut :
1. Pencegahan tingkat awal (primodial
prevention)
·
Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary
Prevention)
·
Promosi kesehatan (health promotion)
·
Pencegahan khusus
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention)
·
Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and
prompt treatment)
·
Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary
Prevention)
·
Rehabilitasi (rehabilitation)
Tingkat pencegahan dan kelompok
targetnya menurut fase penyakit
Tingkat
pencegahan |
Fase
penyakit |
Kelompok
target |
primordial |
Kondisi normal kesehatan |
Populasi total dan kelompok terpilih |
Primary |
Keterpaparan factor penyebab khusus |
Populasi total dan kelompok terpilih dan individu sehat |
secondary |
Fase patogenesitas awal |
Pasien |
Tertiary |
Fase lanjut (pengobatan dan
rehabilitasi) |
Pasien |
Sumber : Beoglehole, WHO 1993
Hubungan kedudukan riwayat
perjalanan penyakit, tingkat pencegahan dan upaya pencegahan
Riwayat penyakit |
Tingkat pencegahan |
Upaya pencegahan |
Pre-patogenesis |
Primordial prevention Primary prevention |
Underlying condition Health promotion Specific protection |
patogenesis |
Secondary prevention Tertiary prevention |
Early diagnosis and prompt
treatment Disability limitation Rehabilitation |
Sumber : Beoglehole, WHO 1993
Salah satu teori public
health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit dikenal dengan
istilah 5 Level Of Prevention Against
Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan
adanya tiga tingkatan dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu
penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Fase
sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis
dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan primer (primary prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan
antara agent (kuman penyakit/
penyebab), host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2) Fase
selama proses sakit
Fase pathogenesis,
terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan
tersier (tertiary prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali seorang
terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.
Pada
dasarnya ada 4 tingkat pencegahan penyakit secara umum, yakni pencegahan
tingkat dasar (primordial prevention),
pencegahan tingkat pertama (primary
prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan
tingkat ketiga (tertiary prevention)
yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya cacat dan terakhir adalah
rehabilitasi. Keempat tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat
sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
1. Pencegahan
tingkat Dasar (Primordial Prevention)
Pencegahan tingkat dasar
merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko
rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari
terbentuknya pola hidup social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan
risiko penyakit . upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah
penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung menunjukan peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi
usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada
dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit
dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau
mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai
penyakit secara umum. Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan
berolahraga, dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko
yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Selain itu pencegahan
tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah timbulnya kebiasaan
baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh untuk tidak
melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai
penyakit seperti kebiasaan merokok, minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran
pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja
dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau
status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi
kemungkinan suatu penyakit atau factor risiko dapat berkembang atau memberikan
efek patologis. Factor-faktor itu tampaknya banyak bersifat social atau
berhubungan dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal terhadap tingkat
pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang
positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan yang
sudah baik.
Dari
uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini sering
kali disadari pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu, epidemiologi
sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit.
2. Pencegahan
Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan
tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001). Pencegahan tingkat pertama (primary
prevention) dilakukan dengan dua cara : (1) menjauhkan agen agar tidak dapat
kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan penjamu. Intervensi
ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika
suatu penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan
tingkat pertama ini digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan
segera dapat timbul yang secara epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit
yang endemis atau yang lebih berbahaya kalau tumbuldalam bentuk KLB.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha
pencegahan penyakit melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor
risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan
secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit
tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak
terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat
pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host) : |
perbaikan status gizi,
status kesehatan dan pemberian imunisasi. |
Penyebab (agent) : |
menurunkan pengaruh
serendah mungkin seperti dengan
penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan
insektisida yang dapat memutus rantai penularan. |
Lingkungan (environment): |
perbaikan lingkungan
fisik yaitu dengan perbaikan air bersih, sanaitasi lingkungan dan perumahan. |
Usaha pencegahan penyakit
tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan
derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat
kesehatan (health promotion) atau
pencegahan umum yakni meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan derajat risiko serta
meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal. contohnya makan makanan
bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk
mencegah terjadinya penyakit misalnya, menghilangkan tempat berkembang biaknya
kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat
berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk Aedes atau
terhadap agent penyakit seperti
misalnya dengan memberikan antibiotic untuk membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan
khusus (specific protection)
merupakan usaha yang ter-utama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab
untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit
tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau proteksi bahan industry berbahaya dan
bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan Flour untuk mencegah
terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci
tangan dengan larutan antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi,
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Terdapat dua macam
strategi pokok dalam usaha pencegahan primer, yakni : (1) strategi dengan
sasaran populasi secara keseluruhan dan (2) strategi dengan sasaran hanya
terbatas pada kelompok risiko tinggi. Strategi pertama memiliki sasaran lebih
luas sehingga lebih bersifat radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi
dan sangat sesuai untuk sasaran perilaku. Sedangkan pada strategi kedua, sangat
mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek dan pelaksana cukup tinggi
serta rasio antara manfaat dan tingkat risiko cukup baik.
Pencegahan
pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :
a) Penyuluhan
kesehatan yang intensif.
b) Perbaikan
gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
c) Pembinaan
dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-anak, dan remaja pada
umumnya.
d) Perbaikan
perumahan sehat.
e) Kesempatan
memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan kesehatan mental
maupu sosial.
f) Nasihat
perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g) Pengendalian
terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit.
h) Perlindungan
terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan
primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit dan
ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat
modern.
3. pencegahan
tingkat kedua (secondary prevention)
Sasaran utama pada mereka yang baru
terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui
diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang
cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk
mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit
lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan
penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini
dan pengobatan segera (early diagnosis
and promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah
mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan
tujuan utama dari pengobatan segera adalah untuk mengobati dan menghentikan
proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi
dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit menjadi
berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik
lagi.
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah
menemukan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi : (1)
pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai negeri,
buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan mahasiswa serta kelompok
tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai,
calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan
untuk kepentingan tertentu ; (2) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit
yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada
kelompok risiko tinggi ; (3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan
dan pelaporan sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan
tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang
kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada
mereka yang dijumpai menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang
sedang dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi
penyakit menular tertentu.
4. pencegahan
tingkat ketiga (tertiary prevention)
Pencegahan pada tingkat ketiga ini
merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit
tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah
terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah
proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita
kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta
mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha
rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian
fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi
rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi
sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang
produktif dan berdaya guna.
Komponen terjadinya penyakit :
Meliputi 6
komponen:
·
Penyebab penyakit
·
Reservoir dari penyebab penyakit
·
Tempat keluarnya penyakit2 dari
penjamu
·
Cara transmisi dari orang ke orang
·
Tempat masuknya penyebab penyakit
tsb ke penjamu yang baru
·
Kerentanan penjamu
Beberapa pengertian :
Penyakit
Menular
Penyakit
menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan
sakit, dari reservoir ataupun dari benda-benda yang mengandung bibit penyakit
lainnya ke manusia-manusia sehat.
Penyakit
Infeksi
Penyakit
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti
bakteri, virus, rickettsia, jamur, cacing dan sebagainya.
Infeksi
Infeksi
adalah masuknya disertai pertumbuhan dan perkembangbiakan sesuatu bibit
penyakit di dalam tubuh manusia atau hewan sehingga timbul gejala-gejala
penyakit.
Kontaminasi
Kontaminasi
adalah pengotoran permukaan tubuh atau benda-benda oleh sesuatu bibit penyakit.
Desinfeksi
Desinfeksi
adalah tindakan untuk membunuh bibit penyakit yang berada di luar tubuh
manusia.
Isolasi
Isolasi
adalah pemisahan penderita penyakit infeksi dari orang-orang sehat di
sekitarnya untuk menghindari terjadinya penularan.
Karantina
Karantina
adalah pembatasan kebebasan (kemerdekaan) seseorang yang diduga telah
mendapatkan penularan suatu penyakit karantina, selama masa inkubasi penyakit
karantina yang diduga. Bila selama dalam pengawasan ini ia benar-benar
menderita penyakit karantina yang diduga, ia kemudian akan diisolasikan. Bila
telah lewat masa inkubasinya, ia tetap sehat maka ia akan di bebaskan kembali.
Tindakan
Karantina
Tindakan
Karantina adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan
mencegah keluarnya penyakit karantina melalui alat-alat hubungan lalulintas
seperti kapal laut, pesawat udara.
Masa Inkubasi (Masa Tunas)
Masa
inkubasi adalah waktu antara masuknya suatu bibit penyakit ke dalam tubuh
sampai timbulnya gejala-gejala penyakit.
Hospes (Host = Tuan Rumah)
Hospes
adalah manusia atau hewan yang ditumpangi sesuatu parasit.
Parasit
Parasit adalah
organisme (makhluk hidup) yang hidupnya menumpang pada makhluk hidup yang lain
dan merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya.
Carrier (Pembawa Basil)
Carrier
adalah orang yang mengandung sesuatu bibit penyakit, tapi ia sendiri tidak
menunjukkan gejala-gejala penyakitnya.
Reservoir
Reservoir
adalah manusia, hewan ataupun benda-benda lain yang merupakan tempat berkembang
biaknya bibit penyakit sehingga merupakan sumber penularan.
Vektor
(Transmistter)
Vektor
adalah hewan yang merupakan pemindah bibit penyakit sehingga terjadi penularan.
Epidemi
(Wabah)
Epidemi
adalah penyebaran suatu penyakit secara cepat sehinngga dalam waktu yang
bersamaan atau secara bergiliran banyak orang yang menderita penyakit yang
sama.
Pandemi
Pandemi
adalah epidemi yang menyerang seluruh dunia.
Endemi
Endemi
adalah berkecamuknya suatu penyakit infeksi yang terus menerus terdapat di
suatu daerah mengenai segolongan penduduk.
Epizootie
Epizootie
adalah epidemi pada binatang
Virulensi
Virulensi
adalah ukuran keganasan suatu bibit penyakit untuk menimbulkan penyakit.
Bakteri Patogen
Bakteri
Patogen adalah bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
Cara-
cara penularan penyakit
1.
Melalui kontak jasmani (Personal
contact), cara penularana ini dibagi 2 (dua) yaitu :
-
Kontak langsung (Direct contact)
yaitu cara penularan penyakit karena kontak antara badan dengan badan, antara
penderita dengan orang yang ditulari, misalnya : penyakit kelamin dan
lain-lain.
-
Kontak tidak langsung (indirect
contact) yaitu cara penularan dengan perantara benda-benda kontaminasi karena
telah berhubungan dengan penderita. misalnya : pakaian dan lain-lain.
2.
Melalui makanan dan minuman (Food
borne infection) yaitu cara penularan suatu penyakit melalui perantara
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan
cara ini biasanya penyakit saluran pencernaan, misalnya : cacingan, demam
tifoid dan lain-lainnya. Cara penularan ini juga disebut sebagai "water
borne diseases" dimana kebanyakan masyarakat menggunakan air yang tidak
memenuhi syarat kesehatan untuk keperluan rumah tangga.
3.
Melalui serangga (Artropod borne
infections) yaitu cara penularang penyakit dengan perantara
serangga (arthropoda-insekta). Serangga tersebut bisa sebagai hospes ataupun
transmitter saja. Misalnya penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit
Palsmodium sp. yang ditularkan oleh nyamuk.
4.
Melalui udara (air borne infections) yaitu cara
penularan penyakit melauli udara terutama pada penyakit saluran
pernafasan. Seperti melalui debu diudara yang sangat banyak mengandung bibit
penyakit, seperti pada penularan penyakit Tuberculosa. Dan melaui tetes ludah
halus (Droplet infections), penularan penykit dengan percikan ludah seperti
pada pederita yang sakit batuk atau sedang berbicara misalnya pada penyakit
Diphtheri.
Pencegahan berbasis lingkungan sekitar
1.
Sanitasi Buruk
Akibat sanitasi yang buruk :
1.
Air kotor banyak
mengandung kuman :
-
Mengandung bibit
penyakit (bakteri pathogen)
-
Membahayakan
kesehatan manusia
2.
Penyakit ditularkan
melalui :
-
Tangan kotor
-
Makanan tercemar
lalat
-
Air yang tercemar air
kotor
3.
Penyakit akibat
sanitasi buruk :
-
Penyakit perut,
muntaber
-
Penyakit kulit
2.
Buang hajat pada tempatya
Cara pemakaian kakus/jamban :
Jamban berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran atau
hajat. Dimana pembuatan jamban atau kakus harus di beri sekat untuk mencegah
bau, lalat, dll. Untuk penggunaan jamban atau kakus sendiri :
-
Jamban atau kakus
harus dibersihkan secara teratur dengan menggunakan sikat panjang degan air
penggelontor
-
Setiap kali memakai
jamban harus di siram air agar tinja terbuang kegalian penampung.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pemilihan pembuangan
tinja, salah satunya kesesuaian budaya : pilihan tehnik pembuangan tinja yang
cocok dengan keadaan lingkungan setempat.
3.
Buang sampah pada tempatnya
4.
Cuci tangan pakai sabun
5.
Penyemprotan nyamuk secara berkala
6.
Bersihkan got secara teratur
7.
Penataan lingkungan yang baik
8.
Pengelolaan air limbah
Air limbah (air
bekas)
-
Dapat mengganggu
pemandangan
-
Menimbulkan bau busuk
-
Menjadi sarang nyamuk
-
Mengurangi luas tanah
yang seharusnya dapat digunakan
Pengelolaan nya :
-
Dialirkan ke seluruh
pembuangan air bekas
-
Diresapkan ke dalam
tanah setelah melalui proses pengolahan
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama
pencegahan penyakit, yaitu :
·
Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
·
Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
·
Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
·
Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
penanggulangan penyakit menular (control) adalah upaya untuk
menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga
tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Penanggulangan
penyakit menular dapat pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan
sasaran utamanya yang meliputi: sasaran langsung melawan sumber penularan atau
reservoir, sasaran ditunjukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran yang
ditunjukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.
Daftar Pustaka
Budiarto, Eko & Dewi
Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi edisi
2. Jakarta
: EGC.
C.Timmreck, Thomas. 2005.
Epidemiologi Suatu Pengantar edisi 2.
Jakarta : EGC.
Rajab,
Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi
untuk Kebidanan. Jakarta : EGC.
Ryadi, slamet & T.
Wijayanti. 2010. Dasar-Dasar
Epidemiologi. Jakarta : Salemba
Medika.
Soemirat, Juli. 1999. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar