Sabtu, 04 Juni 2022

MAKALAH MILIARIASIS,DIARE DAN OBSTIPASI PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA

 

MAKALAH MILIARIASIS,DIARE DAN OBSTIPASI PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Mata Kuliah : ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,BAYI,BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

BAB 1

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita pada masa perkkuliahan, sehingga pada saat calon bidan diterjunkan di lahan praktek  sudah mampu untuk memberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita dengan benar.

Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah adanya bercak mongol, hemangioma, ikhterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rash, dan seborrhea, furunkel, milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, dan sindrom bayi meninggal mendadak.

Atas dasar pemikiran di atas, maka kami menyusun makalah ini dengan harapan mahasiswa kebidanan dapat dengan mudah memahami masalah yang lazim terjadi pada neonatus, bayi, dan balita terutama masalah milliriasis,diare dan obstipasi.

 

B.     Rumusan Masalah

1.       Apa pengertian Milliariasis ?

2.       Apa penyebab dari milliriasis ?

3.       Apa saja pembagian dan tanda gejala milliariasis ?

4.       Bagaimana cara mengatasi milliariasis ?

5.       Apa pengertian Diare ?

6.       Apa penyebab Diare ?

7.       Bagaimana penatalaksanaan diare ?

8.       Apa pengertian Obstipasi ?

9.       Apa penyebab Obstipasi ?

10.   Bagaimana penatalaksanaan obstipasi ?

C.     Tujuan

1.       Untuk mengetahui pengertian milliariasis

2.       Untuk mengetahui penyebab dari milliariasis

3.       Untuk mengetahui apa saja pembagian dan tanda gejala dari milliariasis

4.       Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi milliariasis

5.       Untuk mengetahui pengertian diare

6.       Untuk mengetahui penyebab diare

7.       Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan diare

8.       Untuk mengetahui pengertian obstipasi

9.       Untuk mengetahui penyebab obstipasi

10.   Untuk mengetahui penatalaksanaan obstipasi


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.     PENGERTIAN MILIARIASIS

          Lima definisi dari miliariasis yang berbeda, yaitu:Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984). Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987). Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)



          Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

          Yang kelima yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.(Vivian Nani,2010)

 

B.     ETIOLOGI

Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri.

·         Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

·         Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat

·         Aktivitas yang berlebihan

·         Setelah menderita demam atau panas

·         Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum

 

C.     PEMBAGIAN SERTA DAN TANDA GEJALA

Ada dua tipe milliariasis yaitu,

1.      Milliria kristalina

Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat, seperti pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang sangat superfisial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

 

2.      Milliaria rubra

Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di sekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah disekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.

3.       Miliaria profunda

Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)

Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)

Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)

4.      Milliaria fustulosa

Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

 

D.     CARA MENGATASI MILLIARIASIS

Asuhan yang diberikan pada neonatus,bayi dan balita dengan milliariasis trgantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang diberikan yaitu

·         Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah     timbul

·         Menjaga kebersihan tubuh bayi

·         Mengupayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruang ber ac atau didaerah \yang sejuk dan kering

·         Menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit

·         Segera mengganti pakaian yang basah dan kotor

·         Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.


 

E.     PENGERTIAN DIARE

Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.



Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali dalam sehari.

F.      ETIOLOGI DIARE

a.       Faktor infeksi

·         Infeksi enteral

Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada bayi. Infeksi enteral ini meliputi :  Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, dsb.

Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb

Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)

Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)

Jamur (Kandida Albican)

·         Infeksi parenteral

Yaitu; infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA, tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b.        Factor non infeksi

Ø  Faktor makanan : Makanan basi, baracun, alergi terhadap makanan

Ø  Faktor psikologis : rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

Factor resiko tejadinya diare

·    Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.

·    Jenis Kelamin

Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.

·    Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

·    Status Gizi

Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.

·    Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.

·    Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

 

G.    PENCEGAHAN DIARE

Ø  Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.

Ø  Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita makan.

Ø  Penggunaan jamban yang benar.

Ø  Imunisasi campak

 

 

Penatalaksanaan Diare

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

v  Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.

v  Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

v  Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.

v  Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

 

 

H.    PENGERTIAN OBSTIPASI

Obstipasi berasal dari bahasa latin ob berarti in the way adalah  perjalanan dan stipare yang berarti to compress adalah menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).



Secara umum, obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.

Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal. Menurut data WHO, keluhan obstipasi dapat terjadi pada segala usia dari bayi sampai orang tua. pada bayi angka kejadian ini bisa mencapai 30-40% yang dapat mengalami masalah dengan keluhan obstipasi ini. Di Indonesia sendiri angka insidennya belum ada yang menjelaskan secara nominal tanpa melihat etiologinya, sedangkan berdasarkan etiologi obstipasi parsial didapatkan 10-15% dari seluruh kejadian obstipasi. angka kejadian obstipasi pada bayi berdasarkan penyebabnya memiliki frekuensi yang berbeda-beda berdasarkan keadaan yang mendasarinya.

 

 

 

I.       PENYEBAB OBSTIPASI

a.       Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.

b.      Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.

c.       Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.

d.      Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

 

J.      PENATALAKSANAAN OBSTIPASI

1.      Mencari penyebab obstipasi.

2.      Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.

3.      Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, obat-obatan.

4.      Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.

5.      Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.

6.      Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-obat oral.

7.      Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.

8.      Peningkatan intake cairan.

9.      Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.

10.  Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol  pagi dan malam hari.

11.  Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.

12.  Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus aprikot,buah prem kering atau prem.

13.  Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,kacang polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.

14.  Perawatan medis

Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.

15.  Operasi

Mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus, karena terdapat peningkanan tekanan feses yang besar.


BAB III

PENUTUP

 

A.     KESIMPULAN

·         Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Biasanya milliariasis ini disebabkan udara yang panas dan lembab, pakai yang terlalu ketat dan tidak menyerab keringat, dll. Milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan.

·         Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.Bila hal ini terjadi maka tubuh anak akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini bisa menyebapkan beberapa komplikasi,yaitu dehidrasi,renjatan hivopolemik,kejang,nbakterimia,mal nutrisi,hipoglikemia,intoleransi skunder akibat kerusakan mukosa usus.

·         Obstipasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh terhalangnya gerakan feses dalam usus. Obstipasi berbeda dengan konstipasi meski keduanya agak mirip. Obstipasi terbagi dua macam yaitu opstipasi total dan opstipasi parsial.

Lakukan diagnosis dengan tepat dengan terlebih dahulu menanyakan riwayat penyakit yang lalu. Tetapi penyembuhan dengan perawatan medis yang tepat, bila hal tersebut masih belum maksimal maka lakukan operasi dan diet.

 

B.     SARAN

Mahasiswaharuslebihrajinlagi agar dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

 

H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,    Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Dwi, Eni. 2009. ObstipasipadaBayidanBalitaserta Cara Menyembuhkannya.

Bandung: Hahayz

Nunik. 2010. PenangananObstipasipadaBayi. Jakarta: Sidomaju

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesehatan

Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

  BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali ...