Kamis, 16 Juni 2022

Resusitasi Jantung Paru ( CPR )

 



KONSEP DASAR RESUSITASI

 

A.      Resusitasi Jantung Paru

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti nafas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak.Perlu diperhatikan pada kasus korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan, karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan ditempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.

CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan nafas yang menyempit atau tertutup sama sekali. Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernafasan dan peredaran darah gagal, diperlukan tindakan resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh.

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) merupakan prosedur pertolongan darurat tentang henti jantung dan henti nafas serta bagaimana melakukan RJP yang Benar sampai korban sadarkan diri atau sampai ada bantuan datang. Pada dasarnya "Resusitasi Jantung Paru" atau sering disingkat dengan "RJP" terdiri dari dua elemen, yaitu; kompresi dada dan mulut ke mulut (mouth-to-mouth) nafas buatan. Sebelum menolong korban, hendaklah menilai keadaan lingkungan terlebih dahulu :

1.    Apakah korban dalam keadaan sadar ? 

2.    Apakah korban tampak mulai tidak sadar, tepuk atau goyangkan bahu korban dan bertanya dengan keras "apakah anda baik-baik saja" ? 

Apabila korban tidak merespon, mintalah bantuan untuk menghubungi rumah sakit terdekat, dan mulailah RJP. Tindakan resusitasi didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah CAB resusitasi, yaitu :

  1. Circulation (peredaran darah)
  2. Airway (saluran nafas)
  3. Breathing ( bernafas)

 

B.       Prinsip CAB

Untuk memudahkan dalam mengingat prosedur melakukan RJP dikenal dengan metode "CAB", yaitu:

1.                            Circulation (Sirkulasi Buatan) 

Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut nadi arteri besar ( arteri karotis). Apabila terdapat denyut nadi maka berikan pernafasan buatan sebanyak 2 kali, dan apabila tidak terdapat denyut nadi maka lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali.

Posisi kompresi dada dimulai dari lokasi proc. Xyphoideus, dan tarik garis ke Cranial 2 jari di atas poc. Xyphoideus, dan lakukan kompresi pada tempat tersebut. Kemudian berikan 2 kali nafas buatan dan teruskan kompresi dada sebanyak 30 kali. 

Cek nadi dan nafas korban apabila :

·       Tidak ada nafas dan tidak ada nadi : teruskan RJP sampai bantuan datang. 

·       Terdapat nadi tetapi tidak ada nafas : mulai lakukan nafas buatan. 

·       Terdapat nadi dan nafas : korban membaik.

Kemungkinan Keberhasilan apabila terjadi keterlambatan :

·    1 menit : 98% dari 100% 

·   4 menit : 50% dari 100% 

·   10 menit : 1 dari 100%

Resusitasi dapat dihentikan bila :

·           Korban kembali sadar; dimana warna kulit berubah dari sianosis menjadi kemerahan, pupil akan mengecil, bila penyebab henti jantung adalah hipoksia maka jika berhasil maka denyut nadi spontan dapat di pulihkan. 

·           Korban dinyatakan mati; dimana bila setelah 30 menit tidak ada tanda aktivitas jantung atau tanda pernafasan spontan dan kedua pupil lebar tanpa reaksi terhadap cahaya (bila korban yang mengalami pendinginan maka resusitasi dilakukan sampai 1 jam). 

·           Apabila penolong lelah atau keselamatannya terancam.

 

2.  Airway (Jalan Nafas)

Posisikan korban dalam keadaan terlentang pada bidang yang datar dan keras (lantai), bila di atas kasur selipkan papan (tapi tidak efektif jadi lebih baik di letakkan di atas lantai). Periksa jalan nafas korban sebagai berikut :

·            Membuka mulut korban 

·            Masukkan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) 

·            Lihat apakah ada benda asing, darah (bersihkan jika ada)

Pada korban tidak sadar, tonus otot menghilang, sehingga lidah akan menyumbat laring. Lidah dan epiglotis penyebab utama tersumbatnya jalan nafas pada pasien tidak sadar. Lidah yang jatuh kebelakang (drop), menutupi jalan nafas.

·            Letakkan tangan penolong di atas kening korban dan tangan yang lain di dagu korban, tengadahkan dengan cara dongkrakkan kepala korban ke atas tekhnik ini disebut dengan "Head tilt-chin lift". 

·            Jika kita mencurigai adanya patah atau fraktur tulang leher/servikal, maka kita memakai cara "Jaw Trust" yaitu dengan cara penolong berada diatas kepala penderita dan mengangkat mandibula ke arah depan untuk menjaga servikal tetap pada posisi netral selama resusitasi. 

Chin Lift

·            Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

·            Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.

Head Tilt

·            Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

·            Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

·            Gambar tangan kanan melakukan  Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

·  Jaw thrust

·  Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

3.  Breathing (Pernafasan)

Untuk melakukan pernafasan pada korban harus memperhatikan tiga  cara:

a.         Look : lihat gerakan dada mengembang atau tidak. 

b.         Listen : dengarkan suara nafas korban pada mulut/hidung ada atau tidak. 

c.         Feel : rasakan hembusan nafas korban pada mulut/hidung ada atau tidak. Jika tidak ada maka dapat kita lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau mulut ke sungkup sebanyak 2 kali.







 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

Rabu, 15 Juni 2022

KESEHATAN IBU HAMIL

 

KESEHATAN IBU HAMIL

PERSIAPAN CALON IBU


Merencanakan Kehamilan

Bagi pasangan suami istri yang merencanakan kehamilan, mereka perlu mempertimbangkan beberapa hal secara matang, antara lain :

  •  Kualitas hubungan suami-istri

 Kestabilan dan keharmonisan rumah tangga perlu di pertimbangkan karena akan sangat       berpengaruh terhadap kesiapan mereka untuk menyambut kehadiran buah hati.

  • Faktor Usia

   Risiko terjadinya sindrom down ( keterbelakangan mental) pada anak akan lebih besar pada ibu hamil     yang berusia cukup lanjut.

  • Kesiapan mental, khususnya untuk merawat dan mengasuh anak
  • Status finansial

    Penghasilan yang stabil sangat diperlukan karena persiapan untuk menyambut kehadiran buah hati        juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sejak hamil, seorang ibu perlu biaya untuk setidaknya          membeli pakaian-pakaian hamil dan biaya untuk memeriksakan kehamilan. Juga proses persalinan         dan perawatan anak.

  •  Kesehatan fisik

    Kondisi kesehatan suami dan istri sejak empat bulan pertama sebelum terjadinya kehamilan berperan     penting dalam menentukan kesehatan si calon anak.

  • Perubahan gaya hidup

    Gaya hidup seorang perempuan akan mengalami perubahan secara drastis ketika hamil, ia mungkin         juga mengalami mual-mual dan rasa lelah yang cukup berat.

 


Pemeriksaan Ante Natal

Pemeriksaan rutin, meliputi :

  • Berat badan
  • Tekanan darah
  • Kadar hemoglobin
  • Kadar gula darah puasa
  • Tes urin untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi
  • Kadar kolesterol darah
  • Skrining TORCH (Toksoplasma, rubella/campak jerman, sitomegalovirus, dan herpes simpleks)
h            




Pemeriksaan penunjang :

1.       USG (ULTRASONOGRAFI)

Beberapa manfaat dari pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan yaitu :

-          Menentukan usia janin ( fetus) terutama jika hari pertama menstruasi terakhir tidak di ketahui

-          Menentukan penyebab dari perdarahan atau spotting ( perdarahan bercak)yang terjadi di awal kehamilan

-          Mengevaluasi kondisi janin, terutama jika pembesaran uterus ( Rahim) tidak sesuai dengan usia kehamilan.

-          Mendeteksi kelainan atau cacat pada janin

-          Mengetahui kehamilan ganda atau gamelli

-          Menilai letak janin, apakah normal, letak lintang atau sungsang

-          Mendeteksi jenis kelamin janin




2.       Amniosentesis

Merupakan pemeriksaan diagnosis prenatal yang cukup penting. Pada pemeriksaan ini, cairan amnion diambil melalui jarum khusus dan di periksa sel-sel nya untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan genetic, infeksi dan maturitas janin.

Amniosentesis sebaiknya dilakukan pada kehamilan sekitar 16 minggu atau sesudahnya, untuk mengurangi resiko terjadinya abortus. Biasanya pemeriksaan ini di anjurkan untuk ibu hamil yang berusia 35 Tahun keatas, pernah melahirkan anak dengan kelainan kromosom, atau memiliki kelainan atau resiko kelainan genetik yang diturunkan.

 

 

Selasa, 14 Juni 2022

Infeksi Pada Masa Nifas

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

   Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.

Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.

Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas,bagaimana penyebab terjadinya infeksinya,pencegahanya dan pegobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujugnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.

 

1.2  Tujuan

a. Tujuan Umum

Ø  Untuk memenuhi tugas asuhan kebidanan pada ibu nifas,

Ø  Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam masa nifas dan bagaimana cara mengatasi masalahnya.

b. Tujuan Khusus

Ø  Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas,

Ø  Untuk mengetahui dan memperdalam pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas,

Ø  Untuk mengetahui tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam masa nifas dan bagaimana cara mengatasi masalah,

Ø  Untuk menambah pengetahuan tentang masalah-masalah pada ibu nifas,

Ø  Untuk menambah pengetahuan tentang cara mengatasi masalah dalam masa nifas.


 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

a.       Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)

b.      Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari.

Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira - kira 6 minggu.

Setelah persalinan,terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatkan pembentikan urine untuk mengurangi hemodilusi darah,terjadi beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah venasehingga mengalami peningkatan suhu badan sekitar 0,5¬¬C yang bukan merupakan keadaan patologis menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.

Infeksi kala nifas adalah infeksi-perdangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan kententuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan,waktu persalinan dan nifas. Hal ini dapat mengakibatkan demam nifas yaitu demam dalam nifas.



2.2   TANDA DAN GEJALA SERTA JENIS-JENIS INFEKSI

Tanda dan Gejala Infeksi Nifas

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:

1.      Infeksi lokal

2.      Infeksi umum

Infeksi lokal

Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.

 

Infeksi umum

Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.

a.    Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks

            Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.

b.    Endometritis

            Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen radang terbatas pada endometritium.

                        Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau. Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada sub involusi. Leucocyt naik antara 15000-30000/mm³.

                        Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.

Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.

Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur-angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lochia, pasien boleh diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien disuruh minum banyak

 

c.    Septicemia dan piemia

          Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.

          Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.

 

d.   Parametritis

        Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan :
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.

        Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus

tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.

 

e.    Peritonitis

     Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.

     Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.

     Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.

 

f. Salpingitis dan ooforitis

Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.

 

2.3  PENYEBAB INFEKSI NIFAS

Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1.      Ektogen (kuman datang dari luar)

2.      Autogen (kuman dari tempat lain)

3.      Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1.      Streptococcus Haemolyticus Aerobic

2.      Staphylococcus Aerus

3.      Escheria Coli

4.      Clostridium Welchii

Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.

Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.

Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

 

Patofisiologi Infeksi Nifas

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina dan perineum.

Cara Terjadi Infeksi

Infeksi nifas dapat terjadi karena:

1.      Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.

2.      Alat-alat tidak steril/ suci hama.

3.      Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.

4.      Infeksi nosokomial rumah sakit.

5.      Infeksi intrapartum.

6.      Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

Faktor Predisposisi Infeksi Nifas

Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:

1.      Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit jantung, dsb).

2.      Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah dini, korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.

3.      Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.

4.      Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.

5.      Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

2.4  ASUHAN YANG DI BERIKAN

            Selama Nifas

1)      Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

2)      Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

3)      Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.

BAB III

PENUTUP

 

3.1 KESIMPULAN

     Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira - kira 6 minggu.

Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.

Infeksi pada masa nifas diantaranya adalah : endometritis, parametritis, peritonitis, Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks, Salpingitis dan ooforitis, Septicemia dan piemia. Cara mengatasi masalahnya adalah : MASA KEHAMILANMengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu, SELAMA PERSALINANHindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, SELAMA NIFASLuka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.


4)       

DAFTAR PUSTAKA

 

Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC

DepKes RI (2007) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, DepKes RI

DinKes Jatim (2009) Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya, DinKes Jatim

Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

                                      (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC

 

 

 

 

 

 

 

Kesehatan

Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

  BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali ...