BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dewasa ini, banyak masyarakat khususnya remaja yang
telah terinfeksi penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS. Ini disebabkan karena
bebasnya pergaulan remaja, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan sebab
lainnya. Jumlah kasus HIV/ AIDS dari
tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat, meskipun upaya
preventif telah dilaksanakan. Di indonesianya pun kasus HIV/ AIDS juga cukup
tinggi. Kondisi ini begitu memprihatinkan, melihat generasi sekarang banyak
yang telah tertular infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.
Penularan penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS perlu
dicegah dan jika telah sudah tertular untuk segera diberikan pengobatan agar
tidak terjadi keterlambatan ataupun menjadi suatu komplikasi. Namun sampai
saat ini, obat untuk mengatasi HIV/ AIDS
belum ada. Hanya saja perlu diberikan ARV (Anti Retro Viral) yang kerjanya
untuk memperlambat kerja dari virus yang menyerang imun tubuh seseorang.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang
infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS menjadikan remaja tegar dalam menghadapi
masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya. Maka, pelayanan
konseling sangat diperlukan oleh remaja. Meskipun kepedulian pemerintah,
masyarakat, maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat namun dalam akses pemberian
pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan karena
jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas disamping itu
kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaj di
pusat-pusat pelayanan informasi, dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja
masih terbatas. Atas dasar itulah tenaga konselor, remaja, dan masyarakat perlu
mengetahui tentang infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.
- Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dari Infeksi Menular Seksual ?
2. Apa saja
jenis-jenis IMS ?
3. Bagaimana
cara penularan IMS ?
4. Apa yang
harus dilakukan jika terkena IMS ?
5. Bagaimana
cara mencegah IMS ?
6. Bagaimana
peran bidan dalam mengatasi IMS ?
7. Apa
pengertian dari HIV/ AIDS ?
8. Bagaimana
patofisiologi virus HIV ?
9. Bagaimana
manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang dalam penanganan penularan virus
HIV/ AIDS ?
- Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
pengertian Infeksi Menular Seksual.
2. Untuk
mengetahui apa saja jenis-jenis IMS.
3. Untuk
mengetahui cara penularan IMS.
4. Untuk
mengetahui apa yang harus dilakukan jika terkena IMS.
5. Untuk
mengetahui cara mencegah IMS.
6. Untuk
mengetahui peran bidan dalam mengatasi IMS.
7. Untuk
mengetahui pengertian dari HIV/ AIDS.
8. Untuk
mengetahui patofisiologi virus HIV.
9. Untuk
mengetahui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang dalam penanganan
penularan virus HIV/ AIDS.
BAB II
ISI
- Pengertian Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual (IMS)
disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually
Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal
Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian
besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS
disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk
pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena
menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).
IMS atau Seksually Transmitted
Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang
ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah
Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS,
kaena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa
diobati dengn antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).
B.
Jenis-jenis IMS
1.
Gonoroe (GO) atau kencing nanah
Penyakit gonoroe adalah salah satu
penyakit IMS yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhoe, tergolong bakteri
diplokokus berbentuk seperti buah kopi. Masa inkubasi (waktu sebelum terjadi
gejala) berkisar antara 3 sampai 5 hari setelah infeksi. Penyakit gonoroe
paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit infeksi menular seksual namun
mudah di obati, tetapi jika terlambat atau pengobatan yang kurang tepat dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal.
Infeksi gonore selama kehamilan
telah diasosiasikan dengan pelvic inflammatory disease (PID).
Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi
dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut, Neisseria
gonorrhoeae diasosiasikan dengan rupture membrane yang premature, kelahiran
premature, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
Konjungtivitis gonokokol (
ophthalmia neonatorum), manifestasi terserang dari infeksi perinatal,
umumnya ditransmisi selama proses persalinan. Jika tidak terapi, kondisi ini
dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal yang
lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan atritis, serta
infeksi genital dan rectal.
a.
Infeksi Gonoroe pada Pria
Bentuk yang paling sering adalah
uretritis gonore anterior akuta yang dalam bahasa awam disebutnya juga kencing
nanah. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit
saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan
dapat bercampur darah.
Pada pemeriksaan akan dijumpai
ujung kemaluan merah, membengkak, dan menonjol, diujungnya bila dipijit akan
keluar nanah. Penyakit ini bila tidak mendapat pengobatan yang tepat dapat
menyebar kebagian alat kelamin lainnya seperti kandung kencing, prostat sampai
buah zakar dan salurannya.
Dengan pengobatan yang kurang
mantap, penyakit akan bersifat menahun dan menjadi sumber penularan bagi orang
lain serta keluarganya.
b.
Infeksi Gonoroe pada wanita
Infeksi pertama terkena pada
wanita adalah mulut rahim, apalagi bila telah terdapat perlukaan sehingga
penyebarannya kebagian bawah dan bagian atas alat kelamin semakin cepat.
Infeksi mulut rahim disebut servisitis yang bersamaan dengan infeksi vagina
(liang senggama) trikomonas maka gejala klinisnya semakin menonjol yaitu rasa
nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan keputihan encer seperti nanah.
Pemeriksaan serviks akan tampak
berwarna merah, membengkak, perlukaan, dan tertutup oleh lendir bernanah.
Lendir yang dikeluarkan sangat infeksius
(bersifat menginfeksi), sehingga dapat menyebarkan penyakitnya menuju liang
kencing (uretritis) dengan gejala rasa sakit saat kencing, banyak kencing
dan dapt bercampur nanah, pemeriksaan mulut saluran kencing menunjukkan
berwarna merah, bengkak, bila diurut keluar nanah.
·
Jenis Tes : Pemeriksaan Nanah
· Penatalaksanaan
Diagnose gonore dapat dipastikan
dengan menemukan N.gonorrhoeaae sebagai penyebab baik secara mikroskopik
maupun kultur (biakan). Sensitivitas dan spesifitas dengan pewarnaan Gram dari
sediaan serviks hanya berkisar antara 45-65%, sedangkan sensitivitas dan
spesifisitas dengan kultur sebesar 85-95%.
Oleh karena itu untuk infeksi
gonore tanpa komplikasi adalah pengobatan dosis tunggal. Pilihan terapi
yang direkomendasikan adalah :
·
Terapi
Gonorrhoea
- Penisilin (banyak yang resisten)
- Cephalosporin :
Cefixime : 400 mg single dose
Ceftriaxone : 250 mg IM
single dose
Cefotaxime : 500 mg IM single dose
-
Quinolone (banyak yang resisten)
- Spectinomisin :
2 g IM single dose
2.
Herpes Simpleks
Penyakit infeksi hubungan seksual
dengan penyebab virus herpes simplekstipe I dan II. Gejala klinisnya adalah
gejala umum dalam bentuk badan panas, lelah atau cepat lelah, napsu makan berkurang.
Masa manifestasinya (inkubasinya) sekitar 3 minggu. Gejala lokal pada genitalia
terdapat pembentukan vesikel berkelompok diatas kulit, kulit tampak basah dan
lebih merah, terdapt ulkus yang dangkal, kulit keriput (krusta), rasa nyeri
yang hebat, sehingga terdapt kesukaran berjalan.
Pada pria gejala klinisnya lebih
ringan, karena sering mendapat pengobatan preventif sendiri, dibandingkan pada
wanita. Pengobatan lokal dengan salep yang mengandung idoksuridin sedangkan
pengobatan sistemik mempergunakan preparat asiklovir yang cukup memberikan
harapan kesembuhan.
Semua virus herpes memiliki ukuran
dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes
Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex
Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital).
Tetapi, bagaimanapun kedua tipe
virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1
menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui
hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka
mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan
kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang.
Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling
berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi
nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan
pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya
dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang
(scab).
Setelah infeksi pertama, HSV
memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi
menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan
virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh,
stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital,
menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.
· Jenis Tes : Tes Darah
· Terapi Herpes Simpleks
Terapi diberikan dalam bentuk
krim, pil atau secara intrevena (infus). infeksi pada ibu hamil atau ibu
menyusui, janin atau anaknya maka perlu resep dokter sendiri yang perlu ada
tambahan obat bagi mereka.
· Infeksi Primer
- Acyckivir 3x400 mg dan Acyclovir 5x200 mg oral (7-10
hari)
- 2x1 g oral (7-10 hari)
· Infeksi berulang/kambuhan
- Acyclovir 2x800 mg oral (5 hari)
- Valacyclovir 2x500 mg oral (3 hari)
· Terapi Supresi : yang sering kambuh (> 6x/tahun)
- Acyclovir 400 mg oral 2 kali sehari (6 bln- 1 tahun)
- Valacyclovir 500 mg oral sekali sehari (1 tahun)
3.
Sifilis atau raja singa
Penyebab dari sifilis adalah
treponema pallidum, orde spirochaetaeas. yang diserang oleh penyakit ini adalah
semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallidum. Stadium
lanjut menyerang sistem pembuluh darah dan jantung, otak dan susunan saraf.
Penjalaran menuju janin yang sedang berkembang dalam rahim dapat menimbulkan
kelainan bawaan janin dan infeksi dini saat persalinan.
Masa inkubasinya cukup panjang
sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi
masuk, terdapat infitrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang
selanjutnya mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan ciri perlukaan dengan
permukaan bersih, berwarna merah, kulit sekitarnya tidak terdapat tanda radang,
membengkak, dan sebagiannya, tidak terasa nyeri, perlukaan mendatar dapat
berubah menjadi ulkus karena dindingnya tegak lurus kedalam, ulkus ini tidak
nyeri dan disebut ulkus durum. Penyakit infeksi dapat menyebar ke daerah
kelenjar getah bening regional yang berbentuk soliter artinya tidak ada
pelekatan tanpa rasa nyeri, dan pergerakannya bebas.
·
Macam-macam sifilis
a.
Sifilis primer
Dalam banyak kasus, yang jelas
salah satunya gejala sifilis primer adalah rasa sakit maag di sebut chancre
yang muncul dalam waktu dua sampai enam minggu setelah seseorang menjadi
terinfeksi dengan T. palidum. Biasanya, ulkus muncul pada penis, vulva, vagina
atau anus. Hal ini juga dapat muncul pada leher rahim. Lidah, bibir dan bagian
tubuh lainnya.
b. Sifilis sekunder
Gejala yang paling umum adalah
ruam lesi kecil mirip dengan penyakit cacar (biasanya cokelat kemerah-merahan),
yang kelompok telah munculnya gatal-gatal yang tidak menghasilkan. Sementara
mereka dapat muncul dimana pada tubuh, gejala sifilis sekunder adalah ruam pada
telapak tangan dan telapak kaki.
c.
Sifilis laten
Sifilis laten (tersembunyi)di
diagnose ketika seseoranng telah dihasilkan antibody terhadap bakteri tetapi
tidak memiliki gejala infeksi. Sementara orang dengan sifilis laten secara umum
tidak di anggap menular (yang berarti sangat tidak mungkin untuk mengirim
bakteri padaorang lain).
Sifilis laten dapat di bagi
menjadi laten awal atau laten lanjut, tergantung pada beberapa lama orang itu
sudah terinfeksi. Orang dengan sifilis laten lanjut (orang-orang yang tidak
tahu kapan infeksi yang di peroleh) untuk memerlukan perawatan lebih agresif di
bandingkan dengan infeksi laten Dini (yang telah terinfeksi kurang dari satu
tahun).
d. Sifilis neurosifilis
Hal ini terjadi ketika T.pallidum
menginfeksi otak atau sumsum tulang belakang (system saraf pusat). Infeksi
dapat terjadi dalam setiap tahap sifilis bias menyebabkn kerusakan neurologis
yang serius, termasuk kelumpuhan, hilang sensasi fisik, buta dan tuli bertahap.
Neurosifilis bisa cukup berat sehingga menyebabkan cacat permanen atau
kematian.
·
Jenis Tes : Tes Darah
·
Terapi Sifilis
- Penisilin
- Benzatin Benzilpenisilin G: 2,4 MIU IM
single dose, injeksi 2 tempat
-
Procain Benzilpenisilin : 600.000 unit IM sekali sehari selama 10-14 hari
- Azitromisin :
500 mg oral sekali sehari selama 10 hari
- Cefriaxone
: 1-2 g/hari IM/IV sekali sehari selama 8-10 hari
- Doksisiklin
: 200-300 mg/hari oral selama 10-14 hari
- Tetrasiklin
: 4x500 mg selama 14 hari
4.
Kondiloma
Akuminata (Kutil)
Kondiloma akuminatum (KA) adalah
infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV)
yang menyerang kulit alat kelamin. KA disebut juga kutil kelamin, penyakit
jengger ayam atau brondong jagung. KA ditularkan melalui sentuhan langsung,
misalnya trauma pada saat hubungan seksual. Kelainan ini sering ditemukan pada
dewasa muda, terbanyak pada kelompok umur 17-33 tahun, dengan frekuensi yang
seimbang antara pria dan wanita.
Masa inkubasi KA sulit dipastikan,
rata-rata sekitar 3 bulan. Pada wanita, lesi KA sering timbul di liang vagina,
labia mayor dan minor, serta sekitar anus. Pada pria, tempat yang sering
terkena adalah glans penis (topi baja), batang penis, daerah rambut kemaluan
dan di buah zakar. Gambaran klinis KA berupa bintil atau benjolan sewarna
daging, dengan permukaan tidak rata/berbenjol-benjol.
·
Jenis Tes : Pemeriksaan jaringan dan tes darah
·
Terapi Kondiloma Akuminata
·
Obat-obatan:
- Podofilox 0,5%
solution atau gel 2xsehari (3hari) diikuti 4 hari bebas terapi
- Imiquimod 5% cream, Sekali sehari sebelum tidur 3 kali seminggu selama 16 minggu, cuci
dengan sabun 6-10 jam setelah diaplikasikan.
· Bedah
- Cryosurgery
- Laser eksisi
- Local eksisi
- Kauterisasi
5.
Klamidia
Penyakit Klamidia tergolong dalam
infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang disebabkan oleh bakteri
Chlamidia trachomatis dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal,
anal, atau oral, dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa
persalinan. Antara setengah dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap
Klamidia pada leher rahim (cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu
bahwa mereka terinfeksi.
Pada pria, infeksi terjadi pada
saluran kencing (urethritis) gejalanya : keluarnya putih dari penis dengan atau
tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah
pernyimpanan dan kantung sperma (epididymitis).
Gejala yang kadang muncul pada
wanita yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia
dapat menyebabkan infeksi serius reproduksi dan masalah-masalah kesehatan
lainnya dengan baik jangka pendek maupun jangka panjanglamydia trachomatis,
dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
· Jenis Tes : Pemeriksaan cairan atau lendir
· Terapi Klamidia
- Azitromisin : 1 g oral single dose
- Doksisiklin : 2x100 mg selama 7 hari
- Amoksisilin : 3x500
mg oral selama 7 hari
- Eritromisin : 4x500mg
oral selama 7 hari
- Clarithromisin: 2x250
mg oral selama 7 hari
- Quinolone :
Levofloksasin : 1x500 mg oral
selama 7 hari
Ofloksasin : 2x200 mg oral selama
7 hari
6.
Ulkus Mole (Chancroid)
Disebabkan oleh bakteri Hemophilus
ducreyi.
Gejala-gejala yang mungkin
ditimbulkan antara lain :
· Luka lebih dari diameter 2 cm
· Cekung, pinggirnya tidak teratur
· Keluar nanah dan rasa nyeri
· Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin
· Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha
berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.
· Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang
tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.Tes laboratorium untuk mendeteksinya
dengan pewarnaan Gram dan Biakan agar selama seminggu.
7.
Hepatitis
Hepatitis diindikasi sebagai salah
satu penyakit akibat infeksi virus DNA (hepatitisB) atau RNA (hepatitis C) yang
terjadi pada (organ) hati, yang menyebabkan perasangan pada sel hati dengan
segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus ABCDEF, namun yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.
Memiliki masa inkubasi antara
45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia. Gejala yang muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare,
nafsu makan menurun,otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta
vomitus.
a.
Hepatitis C
Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi. Gejala yang
muncul antara lain:lelah,
mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal, demam,
diare dan sakit kuning.
· Cara Penularan
Mediasi penularan hepatitis C yang utama adalah melalui pemakaian jarum
suntik yang tidak disposible. Namun virus ini juga bisa ditularkan melalui
hubungan seksual dengan proporsi yang lebih rendah (yakni dengan pemaparan
antara darah wanita menstruasi yang melakukan hubungan seks dengan perlukaan
akibat hepatitis pada pria pasangannya). Untuk mendeteksi, pemeriksaan
anti-hepatitis C virus ditegakkan.
·
Pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan lab tambahan.
Obat-obatan untuk penderita hepatitis C kronis saat ini telah tersedia,
sayangnya terbukti tidak selalu efektif dan punta efek samping. Gejala terburuk
adalah kerusakan hati yang serius. Menghidari pemaparan spesimen tubuh dan
kontak langsung dengan penderita. Hidup sehat dan teratur sebagai alternatif
bijak untuk menghindarinya.
b.
Hepatitis B
HbsAg+ berperan menyebarkan virus melalui cairan yang sudah terinfeksi,
antara lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun ludah masuk ke tubuh
manusia melalui luka yang terbuka dan bagian tubuh yang memungkinkan untuk
infeksi bakteri.
· Tes (diagnosa) HbsAg telah
ditemukan hampir pada spesimen tubuh yang
terinfeksi, yaitu: darah, semen, saliva, air mata, ascites, ASI
dan urine penderita.
· Terapi untuk penderita virus ini:
asimptomatis, interferon.
Istirahat, menghindari stres, tidak melakukan aktivitas berat dan
memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain itu kurangi dan
hindari kebiasaan merokok dan alkoholik. Antibodi virus ini bersifat seumur
hidup setelah penderita terjangkit, namun masih mungkin terinfeksi hepatitis C.
Komplikasi sebagai penyebab utama hepatitis akut,kronik, serosis bahkan kanker
hati.
· Pencegahan
Vaksin yang aman dan adekuat telah
tersedia. Pemberiannya dilakukan 3 kali penyuntikan selama 6 bulan
berturut-turut dan semuanya dilakukan di bahu. Hindari sebisa mungkin untuk
tidak terpapar spesimen penderita.
8.
HIV/AIDS
HIV ada singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem
kekebalan tubuh manusia.Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita
untuk berkembang biak. Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) muncul setelah
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selam lima hingga sepuluh tahun atau
lebih. penyabab AIDS adalah lymphadenopaty associated virus (LAV),human T
cell leucemia virus III (HTLV III), human T cell lymphotrophic virus. Berntuk
virus ini selalu berubah-ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat
menyembuhkan. HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam
jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase
berikut :
a.
Fase 1:
Fase ini dimulai
tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1 ini
ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada 20%
penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin
menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.
b.
Fase 2:
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya,
bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada
gejala serta penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal
sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV
menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk
melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan
tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari
penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak
atau hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat
dibanding dengan pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam
memerangi HIV ini, para peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang
bisa dikonsumsi orang-orang dengan HIV.
c.
Fase 3 :
Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang
pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh
sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit
yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya
penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan
gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya
: lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat
pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut,
atau batuk yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem
kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.
d.
Fase 4 :
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) kin
parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini
obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini.
C. CARA PENULARAN IMS
Kita bisa terkena IMS melalui
hubungan seks yang tidak aman, yang dimaksudkan dengan tidak aman adalah :
· Hubungan seks lewat liang senggama tanpa
kondom (zakar masuk ke vagina atau liang senggama).
· Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur)
· Seks oral (zakar dimasukkan ke mulut tanpa zakar ditutupi kondom)
D.
YANG HARUS DI LAKUKAN JIKA TERKENA IMS
Kalau terkena IMS atau curiga
terkena IMS :
a.
Cepat ke dokter,
IMS harus diobati, tetapi jangan mengobati sendiri. Dokter saja perlu
melakukan tes untuk memastikan IMS yang diderita pasiennya. Obat IMS juga
berbeda-beda tergantung jenis IMS-nya. Cuma dokter yang tahu obat paling tepat
untuk IMS yang diderita. Pergilah ke dokter, klinik, puskesmas atau rumah
sakit. ikuti saran dokter atau petugas kesehatan dan habiskan semua obatnya
meski sakit dan gejalanya sudah hilang. Ajak atau anjurkan semua pasangan seks
yang Anda ketahui untuk juga berobat.
b.
Jangan melakukan
hubungan seks selama dalam pengobatan IMS.
c.
Beberapa IMS
meskipun diobati, tidak bisa disembuhkan dan sifatnya kumat-kumatan. Herpes
misalnya, akan kumat pada waktu-waktu tertentu
d.
Tes IMS tidak
selalu dilakukan kecuali kalau perlu. Biasanya dokter memeriksa
berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang kita rasakan. Jawablah semua
pertanyaan dokter dengan jujur supaya ia dapat memberikan obat yang tepat.
E.
CARA PENCEGAHAN IMS
a.
Pencegahan Penularan lewat seks :
·
Absen dari seks
atau tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada cairan kelamin yang
masuk kedalam tubuh. Ini sama dengan pantang seks atau puasa seks saat jauh
dari pasangan.
·
Berlaku saling
setia atau berhubungan hanya dengan seorang yang di pastikan hanya berhubungan
seks dengan kita saja kalau sudah menikah atau kita tidak bisa berpantang sek.
·
Cegah infeksi
degan menggunakan kondom sewaktu berhubungan seks. Bila kita dapat memastikan
kesetiaan pasangan kita atau tidak tau apakan dia pernah menerima transfusi
darah, tato, suntikan, dengan jarum yang tidak steril. Juga bila kita tidak
bisa setia kepada pasangan kita gunakan kondom untuk berhubungan seks baik
lewat liang senggama, lewat mulut atau lubang dubur.
b.
Pencegahan
Penularan Cara lainnya :
·
Mencegah
masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa kebersihannya dari IMS
ke dalam tubuh kita.
·
Berhati-hati
waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.
·
Mencegah
pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak suci hama atau tidak steril
terhadap diri kita. Misalnya Jarum suntik, alat tato, alat tindik dan
sejenisnya yang bekas dipakai orang lain. Jarum suntik yang abru biasanya masih
dalam plastik dan dibuka dihadapan kita.
F.
PERAN BIDAN DALAM MENGATASI IMS
Sebagai seorang bidan dalam hal ini dapat mengambil perannya sebagai
pelaksana yaitu :
a.
memberikan
penyuluhan kepada remaja atau orang dewasa tentang seks, sebelum terjadi
penularan IMS melalui hubungan seksual, betapa bahayanya jika melakukan
hubungan seks bebas seperti berganti-ganti pasangan seks, melakukan hubungan
seks lewat dubur (anal), oral seks.
b.
Pada seseorang
yang telah terkena IMS, bidan disini memberikan konseling memberikan informasi
yang selengkap-lengkapnya tentang IMS, Seseorang yang terkena IMS di anjurkan
untuk tidak berhubungan seks untuk menghindari tertularnya kepada patner
seksnya, Jika melakukan hubungan seks sebaiknya menggunakan kondom, IMS yang
masi dapat disembuhkan sebaiknya penderita di anjurkn untuk melakukan
pengobatan yang rutin
G.
Pengertian HIV/
AIDS
AIDS atau Sindrom Kehilangan
Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia
sesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan
tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur,
parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik
- Cara penularan HIV/AIDS
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1.
Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual
secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa
menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina,
dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut
sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding
vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran
darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).
2.
Ibu pada bayinya
Penularan HIV
dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru
terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak
20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya
mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan
melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
3.
Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat
menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.
4.
Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan
kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah,cairan
vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang
lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.(PELKESI,1995).
5.
Alat-alat untuk menoleh kulit
Alat tajam dan
runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat tato,memotong
rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai
tampa disterilkan terlebih dahulu.
6.
Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik
yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah
pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV.
Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna
tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi
untuk menularkan HIV.
HIV tidak
menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di pakai
secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah dengan
penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain.
I.
Manifestasi Klinis
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat
malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah
membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
a.
Infeksi HIV
Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga
terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening.
b.
Persisten
Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat
pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan
sariawan oleh jamur kandida di mulut.
c.
AIDS Relative Complex
(ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai
terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan
tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih
dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
d.
Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat
rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi
radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh
kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun
sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya
meninggal sebelum waktunya.
J.
Tata Laksana HIV
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a.
Melakukan
abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
b.
Memeriksa adanya
virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
c.
Menggunakan
pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
d.
Tidak bertukar
jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
e.
Mencegah infeksi
kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
pengendaliannya yaitu :
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
·
Didanosine
·
Ribavirin
·
Diedoxycytidine
·
Recombinant CD 4
dapat larut
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang mudah
ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan
kelainan yang terjadi terutama di daerah genital.
HIV merupakan sebuah virus berbahaya yang dapat merusak sistem kekebalan
tubuh manusia. Selain itu, virus inilah yang menyebabkan AIDS.
AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan
kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan.
Cara penularan HIV yang paling umum ialah melalui senggama, transfusi darah,
jarum suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah,
kotoran, keringat, dll. secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun resikonya
sangat kecil.
- Saran
·
Sebagai tenaga kesehatan sudah
menjadi kewajiban untuk memerangi infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.
·
Sebagai remaja dan masyarakat umum
agar dapat mencegah infeksi menular seksual dan HIV/ AIDS.
DAFTAR
PUSTAKA
Mandal.
Penyakit Infeksi. 2008. Erlangga :
Jakarta
McMillan,
Alexander. Keluarga Berencana &
Kesehatan Reproduksi. 2000. EGC :
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar